Jauh di antara kelas-kelas
menulis lainnya, ini salah satu kelas menulis yang saya nantikan. Selama ini
saya mendapatkan ilmu tentang resensi dengan otodidak, paling banter diskusi
ringan dengan penulis. Itu pun belum saya dapatkan info yang pasti mengenai
dunia resensi. Hampir sebulan saya tak hadir ke ruang diskusi menulis Forum
Lingkar Pena. Inilah yang membuat saya rindu akan hal itu. Kelas menulis kali
ini dibahas mendalam bersama Isni Wardaton.
30 menit dari jadwal semula, kami
sepakat memulai kelas. Isni yang hari itu memakai baju sepadan merah muda,
memulai kelas dengan membedakan antara resensi, review, hingga resume. Baginya
ada yang begitu kentara perbedaan yang nyata ketiga. Resensi dan review isinya
hampir sama, yaitu memberi tahu informasi. Review dikatakan sebagai sebuah
tulisan dengan mengulas kembali, bukan mencari kelebihan dan kekurangan hingga
mampu diambil kesimpulannya.
“Resume itu meringkas sebuah
cerita, biasanya jadi tugas sekolah. Ya seperti membaca beberapa buku dan
diulas kembali. Ketiganya beda pada penerapan,” sebut gadis Miruk Taman
mengawali kelas menulisnya. Isni juga menyelipkan bahwa sinopsis ditulis oleh
penulis buku itu sendiri. Menurutnya, kedua jenis tulisan itu perlu dibahas
agar tak salah paham dan tak salah dipahami oleh penulis pemula.
Sesekali Isni tampak melihat
layar kaca laptopnya, di sana beragam slide presentasi dipaparkan. Dia menjabarkan
dengan runut mengenai seluk beluk dunia resensi. Dari paparannya itu, dikatakan
sebagai resensi haruslah mencakupi membahas tentang buku, identitas buku, membahas
isi buku, penilaian sebuah buku, mendapatkan kelebihan dan kekurangan, adanya latar
belakang dan alasan buku diterbitkan, memberikan informasi kepada pembaca,
membantu penulis untuk membedah bukunya sebelum dirilis. “Dan selain memberikan
masukan kepada penulis buku, baik kritik, subtansinya, saran kepada penulis,
resensi tidak hanya berlaku pada buku, tetapi juga film, musik dan lainnya.
Kesan yang paling menarik dan
memikat otak saya untuk mengetahui lebih lanjut soal resensi, ketika Isni
menjelaskan terkait tips menulis resensi. “Nah, saya akan berbagi tips buat
teman-teman semuanya. Salah satunya tips kenapa tulisan saya pernah dimuat oleh
KOMPAS dan Koran Jakarta.”
Isni komat-kamit sambil
menyebutkan tipsnya. Saya tak lagi memperhatikan apa yang dijelaskan. Jari saya
lancara mengetik dari pendengaran penjelasan Isni. Biar mudah dan enak dilihat
oleh mata. Saya menulis dalam bentuk poin saja.
Tips resensi ala Isni :
·
Tips sebelum menulis resensi
a.
Perhatikan dengan detail lapik buku
b.
Membaca biografi penulis
c.
Membaca prakata (bisa mencuri isi prakata awal
kemudian dimasukkan idenya ke dalam resensi)
d.
Menyiapkan alat tulis pulpen warna, membantu
menandai kutipan yang menarik
e.
Kalau buku fiksi, baca sampai selesai. Berbeda
dengan buku non-fiksi, kita bisa resensi per bab yang ada pada buku.
·
Tips saat menulis resensi
a.
Kata kunci
b.
Bisa mengawali dengan deskriptif atau kutipan
c.
Pastikan tokoh utama masuk dalam tulisan
d.
Tidak terpaku dengan kata yang ditulis penulis
e.
Munculkan nama penulis buku
f.
Bisa menceritakan nama tokoh utama, bisa pakai
nama langsung atau nama lainnya
g.
Menulislah seolah-olah kamu sedang bercerita
kepada temanmu
h.
Libatkan juga emosionalmu
i.
Sisipkan kutipan
j.
Kalau kehilangan kata-kata dalam resensi,
gunakan kata sakti ‘akibatnya’ ‘dalamnya’
·
Tips sesudah menulis resensi
a.
Setelah siap semua tulisan, tinggalkan selama
satu jam, satu hari atau bahkan satu minggu
b.
Bisa juga minta bantuan teman untuk melihat
tulisannya
c.
Edit kembali tulisan
d.
Kalau sudah bagus tulisannya, barulah buat judul
Kalau kata Isni, kita tidak menceritakan
yang sudah ditulis yang ada dalam buku. Tapi menciptakan dengan bahasa baru,
tetap berpedoman pada isi cerita. Kita bisa obrak abrik cerita awalnya dengan
versi baru. Jika mengambil kutipan itu bisa menambah rasa percaya kepada
pembaca tentang isi buku. Yang perlu diperhatikan juga bahwa menulis resensi
jangan terlalu banyak dibarengi dengan kutipan, cukup 2-3 kutipan. Karena untuk
menunjukkan keoriginalitas tulisan peresensi. Sebaiknya ambil kutipan yang
belum diambil orang lain.
Selain tips, rupanya hal yang
diluar dugaan saya, Isni turut memaparkan trik agar resensi tembus media. Baginya,
peresensi sebaiknya membaca minimal 2 resensi yang sudah dimuat pada media
incaran itu. “ini memudahkan penulis mengetahui tujuan media tersebut,” beber
Isni. Selanjutnya, peresensi juga perlu memahami cara pengiriman tulisan dan
lalukan apa yang diminta media. Sertakan juga biodata diri, berupa foto
penulis. Jika kirim dalam badan email, sertakan kover buku. Nah, lampirkan pula
identitas bukunya. “Jangan lupa cantumkan nomor rekening, jika dimuat ini
menjadi reward bagi kita,” tutup Isni. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar