Pemberhentian kami sepulang dari Gayo Lues, mantap meluruskan
niat untuk segera shalat. Sebuah masjid agung kebanggan masyarakat Bireuen
menjadi pilihan kami. Kawan saya yang badannya sedikit gumpal berisi mulai berseloroh, dia sudah kebelet pipis. Dia pun menitipkan tasnya kepada saya. Sembari
menunggunya pipis, saya memperhatikan kucing menghadap sebuah bagunan. Dari gaya
tubuhnya, kalausanya dia manusia, seperti orang galau ditinggal isteri atau
pacarlah namanya. Saya mendekatinya. Berniat memotret. Trap… beberapa kali saya
memotretnya. Bunyi dari kamera DSLR mengalihkan pandangannya ke arah saya. Begitu
nanar. Bisa jadi kucing berbulu campuran hitam putih itu memikirkan begini “Entah
apalah manusia ini, dikit-dikit foto.”
---
Minggu (21/9) tahun lalu, Ikbal kawan dekat saya berangkat ke
Sambas, Kalimantan Barat. Dari awal, dai begitu semangat mendaftar untuk menjadi guru SM3T. Berkali-kali dia
menghubungi saya memantapkan hatinya. Padahal di sebuah sekolah di Aceh Utara,
telah menerimanya menjadi guru. Tapi, apatah daya, kawan saya ini
memang nekadnya ketulungan. Sampai-sampailah dia diterima sebagai guru SM3T. Perpisahan sementara hari itu biasa saja, tak ada tangis-tangis palsu beberapa
orang kebanyakan. Yang ada kami malah saling tikung menikung soal perutnya yang
buncit dan dia berseloroh lalu ketawa karena tubuh saya yang boleh dikata
langsing – antitesa kata kurus sih
sebenarnya. Sepulang mengantar Ikbal, saya dan Rahmat – manusia gempal dan
buncit lainnya turun ke parkiran. Aroma pagi masih terasa di Bandara
Internasional Sultan Iskandar Muda. Sebuah kursi biru terbuat dari plastik keras
menerima kami. Kebanyakan kursi ini menjadi semacam landmark tiap warung kopi di Aceh. Rupanya saya salah sangka,
ternyata ada pengunjungnya. Seekor kucing berbulu hitam campur putih sedang rebahan ala-ala di pantai. Warna putihnya hampir hilang lantaran
dominasi warna hitam. Hanya ada di wajah dan di perutnya yang rupanya sedang
hamil tua. Saya mengendong kucing itu, bulunya halus. Tiap kali lihat kucing,
suka saja lantaran imut-imut meunan. Sang
kucing nyatanya tak betah lama-lama saya gendong, takut dilihat oleh suaminya,
malah merusak rumah tangga mereka. Dan efeknya, saya hampir kena cakar darinya.
“Nah kan udah aku bilang tadi, hati-hati bang,” sebut Rahmat sambil menertawai
saya.
---
Lebaran Idul Fitri tahun lalu, seperti biasanya saya pulang
kampung. Keseringannya saya tiba malam hari. Setiap sampai di rumah, kucing
hitam putih rumah kami sering menyambut kedatangan saya. Entah, rasa-rasanya
dia seakan tahu bahwa saya baru saja pulang dari tempat jauh. Kucing ini bulu
putihnya lebih mendominasi. Beberapa tutul hitam ada di tubuhnya. Ibu menamainya
Pelangi, padahal kucingnya jantan sejantan-jantannya. Sejak kaki belakang
sebelah kanannya kecelakan ditabrak motor, ibu sangat rutin menyembuhkannya. Bisa
dibilang bertahun ibu mengobatinya. Ada banyak obat direkomendasikan tetangga
kala itu, ibu mantap memilih satu obat. Menurutnya obat itu amat mujarab. Ada yang
unik saat ibu menaruh obat di kakinya, ibu telah menganggap kucingnya sebagai
anggota keluarga. Bayangkan saja, tiap ibu menaruh obat, dia berbicara
dengannya. Dan kita tahu, entah kucing itu tahu atau tidak, tapi rasa-rasanya
dia memahaminya. Sebelum dan sesudah ditabrak, Pelangi tetap saja menangkap
tikus di rumah. Biasanya abang saya membawa pulang buruan tupai, untuk
diberikan kepadanya. Lagi pun cecak juga menjadi santapan favoritnya. Bahkan,
jika ibu menangkap cecak di tempat lain, ibu mengantonginya dalam kantong plastik.
Dibawainya untuk Pelangi. Sebelum ada Pelangi di rumah, juga ada kucing lainnya. Bulu
hitam putih juga jadi khas kucing kami. Namun, dia mati dalam lumbung padi rumah
saudara saat mencari tikus. Namanya Si Kleng, saya percaya kucing ini sudah di surga,
tempat idaman setiap makhluk.
---
Tidak seperti biasanya, kucing tetangga saya di Banda Aceh,
kali ini nampak jinak. Karena biasanya kucing itu semacam sok jual mahal, gak
mau ditangkap, dielus-elus atau lainnya. Barangkali dia tipe kucing yang gak
mau dipermainkan manusia. Alah! Entah udah macam perasaan. Kucing ini
peliharaan anak tetangga samping rumah yang masih belajar di Taman Kanak-kanak
(TK). Sebelum dia memelihara kucing itu, padahal sudah ditawarin kucing tipe
Persia oleh orang tua. Namun, dengan mantap anak itu menepisnya. Dia memilih
kucing kampung. Badan kucing itu gumpal dan sehat, mirip-mirip atletis. Dia tidak
diberi nama khusus, hanya dipanggil Pus. Pagi itu, Pus bermain ke rumah. Tiba-tiba
Pus jadi sok akrab dengan saya. Nah, kan kalau begini jadi aman kita berteman.
Pus datang mengelus-ngelus bulunya ke baju saya. Saya lalu mencoba
mempermainkannya dengan tetalian. Ternyata hal itu hanya bertahan sebentar. Benar,
dia tidak suka dipermainkan! Pus yang akrab dengan saya membuatnya hadir pada
lain hari. Di hari kerja, saya hanya sebentar menyapanya, lalu bergegas
berangkat kerja. Pus hanya melihat dari kejauhan, sambil tidak melambaikan
tanggannya.
---
Di masjid, warung makan, kampus atau rumah-rumah pesta. Saya juga
menjumpai kucing berbulu corak hitam putih. Selain kucing-kucing yang saya
alamatkan di atas. Saya tidak tahu pasti, dalam beberapa bulan ini sering
menjumpai kucing hitam putih. Di mana pun tempatnya, corak mereka selalu saja
berbeda. Saya sempat teringat ingin menanyakan kepada ahli tamsil. Barangkali ada
maksud di tiap perjumpaan saya dengan kucing hitam putih. Namun, hal itu urung
saya lakukan, belum tahu siapa yang paham tentang ilmu tamsil. Atau ini hanya
kebetulan saja. Jika pun kebetulan, saya melihat bahwa dunia ini selalu saja
hitam putih. Orang-orang yang berkulit putih akan cenderung menatap nanar orang
berkulit hitam, beberapa di antaranya adalah oknum. Misalkan desain grafis,
latar sebuah desain akan lebih ekecing
jika putih, Nampak bersih. Orang-orang alim pun kebanyakan memakai baju putih. Seperti
anjuran pergi salat Jumat sebaiknya memakai pakaian serba putih. Pun demikian,
warna hitam tetap saja tidak bisa dianggap tak ada manfaatnya. Contohnya kucing,
saat percampuran warna hitam putih jadilah kita melihat keindahan luar biasa
dalam karya Maha Dahsyat Kuasa-Nya. Apatah kita manusia yang hanya mampu
menilai dan menerka saja. Bayangkan jika hanya didominasi satu warna
saja, sungguh dunia ini sangatlah monoton. Tetap saja, perbedaan selalu membawa
rahmat untuk mencapai persamaan. Jika pun tidak sama, mari sama-sama kita
mencari persamaan dalam tiap perbedaan. Dari pada mencemooh mengganggap dirilah
yang terbaik. []
2 komentar:
Kucing memang salah satu hewan yang paling banyak berperan sebagai objek karena kita hidup berdampingan dengannya. Terkadang ingin sekali menjadi mata2 dan menjadi anggota kluarga kucing. Ternyata memang indah kehidupan kucing yang jauh lebih sederhana dbndgkn manusia.Kucing juga tangguh dan enggan mengeluh. Betapa tdk, krn kita tdk mngrti bgaimana perasaannya selama hdup dgn kita maupun yg hidup gelandangan.
Keren tulisannya bg muarrif, dapat menceritakan kehidupan kucing dari sdut pandang yg berbeda.
Makasih nisa udah BW blog ini
Posting Komentar