|
Ada lanjutan pada setiap langkah yang sedang kita jalani. Tidak
banyak yang tahu kalau saya adalah orang yang tidak berencana kuliah. Sedikit
mengulang, jika teman-teman saya yang lain setelah pengumuman kelulusan SMA, beberapa
hari kemudian mereka mengikuti bimbingan belajar untuk bisa tembus perguruan
tinggi impian. Saya berbeda. Saya mengisi masa-masa itu dengan pergi ke sawah,
mengunjungi kebuh walau sekedar melepas suntuk pikiran. Berencana tidak
melanjutkan kuliah, saya berani utarakan kepada ibu. Orang tua mana yang tidak
syok dengan kabar ini. Kami delapan saudara kandung, saya anak bungsu, dan saya
pula yang tidak berniat kuliah. Lantas, ada suatu kabar lain yang kemudian hari
saya ketahui tentang ibu. Barulah saya mencoba untuk kuliah ke Banda Aceh.
6 Januari 2015, Selasa lalu saya mantap melepaskan masa mahasiswa
dan sudah dinobatkan sebagai alumni. Masa-masa sebelum itu, saya benar-benar
dipusingkan dengan tugas akhir alias skripsi. Ini adalah ujian yang beberapa
orang menjadi hantu berkecamuk kala tidur, saya juga demikian. Tentang pada
saatnya saya pula tidak bisa fokus mengerkan hal yang lain. Seperti menulis di
blog ini, sampai-sampai blog inipun “Meujeulabah”. Ada semacam dosa jika saya
menyempatkan menulis di sini, tanpa menyentuh itu skripsi.
Saya termasuk orang yang malas bimbingan dengan dosen pembimbing.
Bukan karena dosennya tidak respek, tapi kemalasan saya ini sudah kadung akut.
Tidak tahu juga kenapa, ada kenikmatan saat-saat melewati malas itu. Pagi-pagi
setelah bangun tidur, saya biasanya menghilangkan pikiran yang membeban dengan
menutup muka dengan kain atau membenamkan wajah di bantal. Lalu tidur lagi
sampai hari mau menjelang siang. Ah, masa-masa rancu itu.
Tuntas membunuh kemalasan itu masa-masa dimana sidang sarjana
telah dibuka, saat dimana saya kejar-kejaran dengan waktu. Otomatis kegiatan
mampet pikiran saya selama ini, saya tuntaskan dalam sekejap. Bahasa penelitian
kualitatif saya acak kadut, berbakat ada sedikit ilmu menulis memudahkan saya
dalam mendeskripsikan apa-apa yang saya temui di lapangan. Tidak selamanya
hidup ini nyaman jika berada pada zona aman. Saat menjadi panitai Mata Najwa On
Campus Unsyiah, saya dan mahasiswa akhir lainya disentil oleh Menteri Susi
“Saya aja yang ijazah SMP bisa jadi menteri, masak kalian udah jadi mahasiswa
skripsinya gak kelar-kelar!”. Saya tertawa lebar kala desember lalu. Memang,
kuliah dan tugas akhir ini begitu suram.
Sekarang saya memang sudah menuntaskan sidang sarjana. Banyak
orang yang berkilah “Ngapain cepat-cepat sarjana, yang udah sarjana aja gak
dapat kerja!”. Analoginya begini “Kalau belum siap kuliah, apa makin mudah cari
kerja?”. Iya, semua sadar dalam dunia yang makin ‘membunuh’ adrenalin ini siapa
saja pasti kalang kabut saat mencari pekerjaan.
Dulu saya orang yang paling tidak suka ditanyai “Kapan sidang?”,
“Eh udah bab berapa skripsinya?”. Coba kalau kalian sedang menyusun skripsi
terus ditanyai begini, apa gak ada rencana mau lempar orang itu ke sungai? Satu
sisi emang bagus, tapi orang-orang yang belum dekat dan jarang berjumpa dengan
saya, rasanya kurang wajar menanyainya. Ada semacam dongkol bila perlu untuk
dijawab. Kenapa gak ditanyai dengan hal yang lebih normal “Gimana udah
skripsinya? Apa yang bisa aku bantu?” ademkan kalau begini, kita-kitapun jadi
tambah semangat, mana tau jodoh, bisa jadi heuheuhue…. (edisi syurhat) :P
Sekarang saya punya sayap baru, ada badai dan awan cerah sedang
menunggu. Landasanya telah siap, tujuan juga sudah mantap, tidak mengepakkan
sayap ini, lalu terbang. Saya percaya air laut aja berjumpa dengan air sungai
dimuara, yaelah kan semua orang juga tahu. Sama halnya setelah hujan yang rinai
kadang rintik, selang kemudian muncul pelangi, yaelah yaelah inikan pelajaran
IPA anak SD. Tapi, ada secercah harapan dan rezeki yang ditentukan Tuhan.
Pagi rabu, 7 Januari 2015 menjadi pagi yang baru. Ada harapan baru
dan langkah baru, mestinya ini menjadi langkah awal bagi saya untuk menjadi
yang baru dengan kenangan-kenangan masa suntuk itu menjadi penyedap rasa. Saya
masih ingat, tempat-tempat dimana saya menuntuskan skripsi ini. Tempat yang
penuh nikmat, menikmati kesenderian. Alue Naga, kamar saya, ruangan tempat
kerja, kampus dan tempat-tempat entah dimana lainnya saya bunuh semua malas
yang menyemak ini. Teman-teman adalah penyemangat, ada teror-teror yang
diberikan dan mereka tak segan membantu saya. Keluarga adalah hamba Tuhan yang
paling dekat dengan saya, merelah yang telah mendidik saya untuk segera
menunaikan kewajiban ini. Orang tua yang selaku ibu dikampung saban hari asyik
dengan aktivitas taninya. Pagi sebelum sidang saya sempatkan menghubungi ibu
dikampung, saya tak banyak bicara. Ibu saya ada kegiatan yang lain.
“Meunyo hana lee peu neuk peugah, kasep dile nyak. Payah lon jak
bie eumpeun manok dile dan meujak u blang lhueh nyan”, tut bunyi telpon.
Ayah saya yang sudah duluan hijrah ke rumah yang baru, saya
percaya beliau sedang menatap saya dengan senyum di surga. Beliau juga guru,
tepatnya guru SD. Masa beliau masih hidup dulu, beliau bahkan tidak mau jadi
kepala sekolah. Karena prinsipnya yang seperti ini, beberapak birokrat
kecamatan menjatuhi jatah mengbadi lagi dikantor kecamatan setelah pulang
mengajar, lantaran tidak mau menjadi kepala sekolah SD. Saya dan kemudian mana
tahu suatu saat akan jadi apa, sesuai tempat dimana saya ambil studi, bisa saja
saya menjadi Guru Bimbingan Konseling. Saya hanya bertugas menjalankan apa yang
bisa saya lakukan.
Kepada titik. Kemudian koma, ada nuanasa baru setelah saya ‘hajar’
dan ‘bunuh’ malas yang hampir saja menggerogoti seluruh semangat saya. Kemudian
koma, ada harapan dan tugas baru menanti. Rif, malam ini begitu teduh, langit
boleh saja hitam, percayalah akan ada masa dimanat bintang-bintang itu menyatu,
membentu cahaya baru yang membuang rasa sendu. Kelak, langkah pasti ini harus
terarah dan dalam gelap menjadi terang. Menjadi penggerak!
6 komentar:
Wuaduh, saya masuk nggak ya dalam golongan orang-orang yang mau dilempar ke sungai, :D
Selamat satu kali atas sidang sarjananya ...
hahaha, iya bang. Makasih ucapannya
ini memang suntuk bukan kepalang menulis skripsi :)
Muarrief kapan nikah? hahaha
Tulisan nya bagus sekali. Setelah ini kepakkan sayap untuk lanjut S2 ya...
Qe yg udah punya kekasih kenapa belum nikah? :P
Hahaha, iya bg ariel. Rncana mau ikot jejak bg juga :D
Mohon doanya :D
Posting Komentar