Apa yang terlintas jika kita soalkan anak
gadis kita periode akhir ini? Saat ini atau kepada periode mendatang? Adakah itu
kemudian kita coba bayang-bayang saat kita sedang hendak tidur malama atau
barangkali ada terlintas sejenak saat kita sedang makan siang bersama kekasih
selingkuhan kita. Sejak dekade pasca Tsunami program hidup berpasangan
bareng-bareng tak lagi jadi penghalang saat mereka-mereka sudah menginjak masa
pubertas, yang didahului oleh fase oral. Ya, tentu masa mereka telah berbangku
kuliahan hal mendapatkan kekasih hatinya yang sudah ditambat habis-habisan
dengan berbagai guyonan juga rayuan sangatlah cocok dan sesuai berduan di
tempat ramai. Tak habis pikir memang belum lagi dorongan dan sokongan dana dari
orang tua dikampung dihabiskan percuma untuk bersenang-senang sesaat. Jadi dalam
memahami urusan hati itu cukuplah dengan makan bersama, ya semacam ayam penyet,
KaePCi, bakso goreng, sejalan lagi dengan berfoto selfie ria seria riaynya.
Aduhai kupikir mereka telah sah. Jika semangkuk bakso itu artinya mendapatkan
tambatan hati, mikir!
Sore itu saya lihat anak gadis terburu-buru
membeli peralatan kampusnya di sebuah toko fotokopi. Dia menggunakan kacamata,
dalam tasnya sudah seabrek barang-barang perlengakapan kampus. Belum lagi
bahan-bahan fotokopi dalam tasnya membludak keluar. Ketika saya sapa lalu
bertanya padanya untuk apa barang-barang itu semua, dia hanya memandang sinis
kearah saya lalu pergi bersama angin lalu. Ya, kemudian dia terjatuh bersama
buku-bukunya lantaran terpleset licinnya lantai. Saya, tidak menghampirinya
lagi, saya pergi begitu saja. Dia terduduk denga setumpuk buku-buku ditubuhnya.
Setelah makan siang saya kembali ke kampus,
disana telah ramai dan riuh oleh beberapa merayakan keyudisiumannya. Gadis-gadis
memakai sanggul jilbab yang besar-besar, mirip memang seperti apa yang
dibicarakan oleh teman saya, mirip cerek ya. Dengan balutan kain penuh
warna-warni dari segala sisi. Kenapa tidak dililit juga ya sekaligus lehernya. Kan
sebentar lagi ujung-ujungnya pengangguran juga. Mereka telah nampak menenteng
tas-tas yang gede, mirip-miriplah dengan nyonya-nyonya diibukota sana. Belum lagi
dengan tertawa cecikikan khas mereka, nampaklah beberapa yang memakai kawat
gigi. Belum lagi cara khasnya memencet tombol-tombol digital di tablet, dengan
sedikit telunjuknya dilentikkan, wah sangat tidak estetik dan etik.
Kemudian, setelah berbuka puasa di simpang
lima. Saya berjalan pelan menuju mushalla BULOG untuk melakukan magrib
berjamaah. Belumlah saya sampai kesana, sesosok itu muncul di depan gedung
DPRA. Tangan kirinya diikat kain warna merah, dia memakai jas almamter krem
putih. Wajahnya tampak kumal, bersama lima temannya yang lain, mereka sedang
beritual buka puasa bersama anak-anak yatim piatu konflik dulu. Bersama rekannya,
seminggu yang lalu mereka turun ke gampong-gampong meminta restu dari orang tua
anak tadi untuk di bawa ke Kota Ratu guna menyantap buka puas bersama lima
gadis tadi. Ohya ada juga anak-anak dari korban tsunami, mereka semua menyatu
dalam satu tempat di gedung DPRA. Mereka berlima tampak senang bersama
anak-anak tadi, menyantap makanan pembatal puasa dan itu di depan gedung
penguasa yang bolehlah saya kata Tiran dalam balutan Demokrasi.
Saya tidak jadi salat di BULOG saya pergi
salat di tempat lain. Begitu kagetnya saya, ternyata yang jadi imam salat
magrib adalah wanita yang dibelakangnya semuanya para laki-laki. Setelah dia
salat saya hampiri, kamu sudah menikah?
6 komentar:
Perntyaan trkhir hana mangatt sagai bang....haha
hahaha, memang kalo sesama jomblo paling sensi soal nyan
nyan ka mantap tulisan
nyan hana bantah lee
humas abeh...
hahaha
hahaha, dron tuleih sit bang. lagee awailom laju
Nyoe lagak dan lawak. hahaha
bereh. lanjutkan.
Haha, jak jingeuk aneuk dara manoe :)
Posting Komentar