Judul Buku : Islam dan Orientalisme
Penulis : Maryam Jamilah
Penerbit : Rajawali Pers
Terbit : Juli 1997
Tebal : 214 + xxiv Halaman
ISBN : 979-421-389-6
Peresensi :
Muarrief Rahmat
Islam adalah agama bagi semua makhluk di dunia.
Memahami dunia Islam selalu menjadi perkara yang menarik. Para pegiat dan
cendekiawan muslim menjadikan agamanya sebagai sebuah wadah mendapatkan
ilmu-ilmu dan terobosan yang baru. Intelektual muslim bukan saja menjadi
pengkritik bagi umat penganut muslim saja tetapi ikut pula dengan semangat
mengkritik pemikiran-pemikiran bangsa barat terhadap upaya mereka menjatuhkan
dan mengecilkan Islam dimata dunia. Orientalisme adalah kajian tentang Dunia
Timur beserta peradaban dan agamanya yang dilakukan oleh bangsa Barat. Dunia
Timur menjadi awal hadirnya agama Islam dan perabadan yang terjadi tidak
tanggung, bangsa Timur mampu menciptakan berbagai macam khazanah budaya yang
jauh dari hedonismenya. Sangat humanis dan sosialis. Baik dari segi pendidikan,
kebudayaan, kesehatan dan sistem pemerintahan serta kajian lainnya, menjadi
sangat penting untuk dipelajari oleh bangsa Barat.
Maryam jamilah dalam bukunya Islam dan
Orientalisme memulai untuk mengkritik pihak barat. Yang kebayakan mahasiwa
muslim sendiri begitu senang terhadap pola piker bangsa barat. Menurut mereka,
bangsa barat adalah bangsa-bangasa yang telah maju, sementara Islam menjadi
bangsa yang ortodoks, tertinggal jauh di belakang. Ada benarnya memang apa yang
dipikirkan oleh mahasiswa Muslim. Kita juga dianjurkan untuk antisipasi
terhadap segala kekurangan yang diakibatkan oleh pelaku agama Islam sendiri.
Menilik lebih jauh, penulis buku ini ingin
membuktikan bahwa pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim maupun mahasiswa
muslim untuk tidak melulu membanggakan apa saja yang lahir dari dunia barat.
Seolah-olah tidak ada celah lagi Islam menjadi agama terdepan dan pembaharuan
ilmu di dunia. Penulis mengajak pembaca untuk memahami bahwa persekongkolan
pihak Barat tentunya ingin menjatuhkan keagungan Islam.
Dalam buku ini membahas sejarah Islam di mata
Orientalis, seperti yang dilakukan oleh seroang oreintalis J.N.D Anderson dalam
kuliah umumnya kepada mahasiswa Universitas Punjab mengatakan jika syariah yang
dijalankan oleh umat Islam saat ini tidak di ubah sesuai dengan tuntutan zaman,
maka ini tidak akan diterima lagi oleh umat Islam. Mereka harus bercermin
kepada Barat yang telah terlepas dari sitem agama dalam sebuah negara. Jika
mereka tidak mengkonsepkan Islam ini dengan konsep Barat tidak akan maju. Seraja
J.N.D memberi contoh terhadap apa yang dilakukan oleh presiden Tunisia kala
itu, Habib Bourguiba melarang poligami. Di sini telah nampak kerjasama antara
orientalis dengan pemimpin-pemimpin negara.
Namun, setelah perang dunia kedua, kaum orientalis
tidak lagi menggunakan konsep yang pertama, yaitu dengan memaksakan kaum Islamis memakai hukum mereka.
Tetapi, kaum orientalis lebih kepada perang pemikiran antar intelektual muslim.
Dengan mempropagandakan pandangan mereka sendiri terhadap agama Islam. Mengajak
mereka untuk berpikir maju dengan mengubah pemikiran mereka yang tujuannya
adalah lahirnya Islam versi baru. Secara otomatis, syariah yang telah lama
dianut perlahan-lahan akan ditinggalkan dengan sendirinya. Orientalis mencoba
membuat keraguan-keraguan bagi muslim, target utama mereka adalah kaum
terdidik.
Dr. Hitti secara tegas menolak perabadan Islam
secara berlebihan, yang menurut pandangannya itu hanyalah kombinasi dari
peradaban Semit, Yahudi, India, Persia, dan Romawi dengan perantaraan bahasa
Arab. Dia mengelak kalau Islam ini mempunyai jalan sendiri. Namun, Maryam
Jamilah membantahnya dengan beranggapan bahwa Islam ini mempunyai warna
sendiri, Islam dapat masuk ke dalam setiap kebudayaan suatu daerah dengan tidak
bertentangan dari Al Qur’an maupun Sunnah.
Dr.Cragg juga termasuk salah satu orientalis yang
begitu gencarnya menyerang umat muslim. Dia berpendapat terhadap Islam ini
seakan-akan Cuma otoritas tertinggi pemahaman Islam hanya dimiliki oleh
dirinya. Dia membuat pandangan yang sangat bertentangan dengan keadaan
semestinya. Dia menkonfrontasikan umat Islam dengan istilah neo-islam dan islam
kuno. Dari neo-islam ini dia memberi gambaran berupa adanya sikap sekularisasi
kepada mereka yang mulai peka terhadap kegemilangan pihak Barat serta menghindari
sikap radikal terhadap orang yang berbeda keyakinan dengan mereka. Di lain
pihak, Islam kuno digambarkan sebagai umat yang sangat tradisional jauh dari
kemewahan tanpa adanya pendidikan. Lebih lagi digambarkan sebagai pihak
radikal, dia juga memberi contoh seperti kaum Wahabiya di negeri Arab.
Ini dibantah pula oleh Maryam Jamilah. Dia
menyebutkan bahwa “Realisme” yang diacu oleh Dr.Cragg memutarbalikkan
ajaran-ajaran Islam kapan saja ajaran itu berlawanan dengan setiap zamannya
dalam praktek masa sekarang. Dengan perkatanan lain, dia menunutuk kita
(Muslim) untuk tidak lebih daripada mengakui kondisi status quo sebagai sesuatu
yang ada, tidak dapat diingkari secara final. Kelompok reaksioner yang masih
setia kepada Islam kuno digambarkan sebagai penjaga pintu belakang dengan paham
dogmatik dan aliran peribadatan yang sudah tidak berlaku dan karena itu mereka
tidak memberikan apa-apa. Bila pernyataan yang mendukung cinta kasih Kristen
itu murni, mengapa dia tidak melancarkan protes secara terbuka terhadap
ketidakadilan yang ada di mana-mana? Dan nyatanya dia tidak melakukannya.
Menurut amatan saya, di sini Maryam Jamilah tampak
lemah dalam memberikan solusinya menentang pemikiran Dr.Cragg. Penulis seperti
tampak mengalihkan pembicaraan. Sudah nayata Dr.Cragg menentang adanya Islam
kuno dengan membuat adanya neo-islam atau Islam versi baru. Namun Maryam
Jamilah malah membahas tentang kemurniaan agama Kristen. Padahal dia cukup
membahas tentang Islam kuno dan neo Islam. Saya tidak menemukannya.
Ketika berkaitan dengan sekularisme, Smith
menganggap apa yang dilakukan oleh pemimpin Turki kala itu Mustafa Kemal
Attaturk yang memisahkan agama dengan negara begitu tampak pada hukum yang
dijalankan masa itu. Smith beranggapan kelompok Kemalis adalah kelompok Islam
terbaru yang mampu keluarg dari dogma-dogma islam fundamentalisnya. Kelompok
kemalis telah sadar terhadap kemajuan bangsa Barat dan mengupayakan hadirnya
pembaharuan dalam Islam. Dan menganggap kelompok Kemalislah yang paling
kreatif.
Tidak tanggung, Maryam Jamilah membantahnya dengan
seandainya kemalis itu benar-benar kreatif, sudah sejatinya Kemal Attaturk
memberikan pemabaharuan terhadap kultur dan bangsa Turki memberikan sumbangan
besarnya kepada umat manusia. Namun, impian itu tidak pernah terlaksana secara
nyata meskipun didominasi selama rentang waktu 55 tahun pengupayaan
westernisasi (pembaratan), Turki tetap saja baku secara kultural dan
intelektualnya. Seperti penggunaan hurul alfabet selama rentang waktu tersebut,
masih saja ada rakyat turki usia dewasa masih banyak yang buta huruf. Ini suatu
kegagalan nyata.
Di akhir buku ini juga dibahas mengenai rencana
jahat pihak orientalsime terhadap Islam. Seperti pemamparan yang dijabarkan
oleh Dr.Muhammad al-Bahy, beliau menulis bahwa para orientalis pada umunya
berusaha menyatakan kesetiaan umat muslim kepada Islam hanya berlangsung dalam
waktu singkat saja. Karena dipengaruhi oleh kemajuan dari umat muslim sendiri,
perubahan-perubahan seperti urusan ekonomi, politik dan lain-lainnya. Mereka
ingin menampakkan kegagalan-kegalan penggunaan pemikiran-pemikiran Islam dan
sudah sejatinya menggunakan pola seperti sistem kemajuan bangsa Barat. Mereka
banyak melahirkan buku-buku yang membawa pembaharuan dalam Islam. Mereka
menganggap Islam ini sudah selayaknya maju melalui westernisasi mereka. Kajian
mereka memang sepintas menarik karena berkenaan dengan Islam. Tetapi mereka
ingin sangat merubah sistem Islam. Sangat disayangakan para intelektual muslim
yang diwakili oleh pemimpinnya lantas percaya begitu saja isi pemikiran bangsa
Barat.
Orientalisme memang bukan kajian objektif dan
tidak memihak kepada Islam maupun budayanya, mereka mengorganisir rencana
jahatnya untuk menghasut pemudanya berontak terhadap agama yang mereka yakini dan menjelek-jelekkan setiap
warisan Islam terdahulu sebagai peninggalan yang tak bernilai.
Ini dapat dilihat dari kejadian pada Dr.Fazlur
Rahman di tahun 1969 diberhentikan sebagai direktur Lembaga Penelitian Islam di
Rawalpindi karena pendapat-pendapatnya bernada tidak Islami oleh kelompok garis
keras di Pakistan, atas bantuan orientalis, dia kini mengajar tentang studi
Islam di Amerika Serikat.
Secara keseluruhan menarik membaca buku ini.
alangkah lebih bagus lagi buku ini segera di revisi ulang. Karena menurut saya
masih banyak penterjemahan bahasa yang masih kaku dengan bahasa indonesia.
Kovernya juga harus didesain lebih menarik pembaca. Saya menemukan kesalahan
penulisan dibuku ini pada judul kecil yang disematkan pada tiap lembarannya di
posisi bawah mendekati nomor halaman buku. Seperti pada bab pembahasan tentang
Sekuler, judul kecil yang dibawahnya malah di tulis Islam di mata kaum Sekolah.
Padahal ini harusnya sekuler, dan ini terjadi di semua halaman pembahasan
tentang sekuler.
www.goodrreads.com |
Apapun pandangan kaum orientalis tentang Islam
mnenurut saya sah-sah saja. Apakah itu melalui jalur sekuler, humanis,
modernis, yahudi dan kristen, kita umat Islam tidak perlu menutup diri terhadap
pandangan-pandangan kaum barat terhadap Islam. Tidak ada salahnya, hal-hal yang
dianggap perlu dalam mengupayakan pembaharuan dalam Islam itu sangat bagus
untuk dipertimbangkan. Kita tidak mau selamanya di cap radikal dan tidak
berpendidikan. Saatnya Islam bangkit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar