gayo.hol.es |
Seingat saya waktu itu lagi malas-malasnya belajar dalam ruang perkuliahan. Muncul ide untuk belajar bahasa gayo karena keseringan beberapa teman-teman saya dari orang Gayo berbahasa daerahnya. Nah, pada tanggal 15 Maret 2012 di saat yang lain sibuk dengan berdiskusi tentang ilmu filsafat pendidikan, lantas saya mengalihkan pikiran sejenak untuk belajar bahasa gayo.
Pertama saya belajar dari seorang teman dan
ke teman berikutnya di tiap pertemuan perkuliahan. Kadangkala sambilan menunggu
dosen memasuki ruangan, saya selipak belajar bahasa Gayo. Teryata mengucapkan
kata ‘Gayo’ bukanlah diakhiri dengan ‘O’ total bulat bulat dengan bunyi ‘O’nya,
tetapi ada diakhirinya dengan huruf vocal U setelah O. Jadi waktu kit abaca
‘Gayou’, pun dalam tulisannya tidak ada huruf U, tetap ada bunyi U-nya. Ini
menurut analisa saya dari beberapa penjelasan teman tentang pengucapan kata
GAYO. Barangkali rakyat Aceh yang berada di pesisir yang otomatis adalah orang
Aceh akan menucapkan kata Gayo dengan O bulat. Berbeda dengan orang Aceh
kawasan tengah yang didominasi orang Gayo akan mengucapkan kata Gayo dengan
diakhiri sentilan bunyi U tipis samar-samar diakhirnya. Ya ini baru analisa.
Bahasa Gayo dominan digunakan oleh suku-suku Gayo. Baik yang mendominasi daerah Aceh kawasan tengah, seperti Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, dan beberapa penduduk di kawasan Aceh Timur yang berbatasa dengan kabupaten Aceh Tenggara. Bahasa ini adalah bahasa turun temurun, baik dari masa kejayaan kerajaan Lingga/Linge, bahkan sampai saat ini.
Bagi yang sudah kebelet tidak sabaran belajar
kosa kata dan pengucapan kalimat-kalimat dalam bahasa Gayo yang diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia, yuk simak bahasan berikut ini:
-
Sahan geral
mu? (nama kamu
siapa?)
-
Geraku
Muarif ?
(namaku Muarif)
-
Isi ko
tareng?
(tinggalnya dimana?)
-
I Ule
Kareng (di Ulee
Kareng)
Itu adalah
beberapa bahasa sehari-sehari yang digunakan orang Gayo untuk memulai
perkenalan.
Kosa kata-kosa kata dalam bahasa Gayo
-
Tengan
ngune? (lagi
ngapain?)
-
Isi ko? (dimana
kamu?)
-
Arisiko? (darimana
kamu?)
-
Arisi? (darimana?)
-
Kune?
(bagaimana?)
-
Isi/Ihi? (dimana)
-
Siko? (dimana
kamu?)
-
Hana? (apa?)
-
Urum sahan? (sama
siapa?)
-
Ukune ko? (kenapa
kamu?)
-
Seber di (sabar saja)
-
Kune keber? (bagaimana
kabarnya)
- Nge mangan? (sudah
makan?) atau untuk pernyataan sudah melakukan sesuatu tanpa memakai tanda Tanya
(?)
-
Male kusi? (mau
kemana?)
-
Mangan (makan)
-
Gere (tidak)
-
Enggeh (tidak)
-
Mera (mau)
-
Tekek (sedikit)
-
Nome (tidur)
-
Dele (banyak)
-
Cogah kuwe (bohong)
-
Berijin (terima
kasih)
-
Male nome (mau tidur)
-
Dediang (jalan-jalan)
-
Enti benges (jangan
marah)
-
Gere mera (tidak
mau/gak mau)
-
Keroh (rebut)
-
Belangi diko
(cantik
sekali kamu)
-
Selo ara/Si
ara (mana ada)
-
Mukale (rindu)
-
Hek di (capai
sangat/capek kali)
-
Ke gere ya (kan tidak
mau/kan gak mau)
-
Dongong (bodoh)
-
Murense (sedih)
-
Galak di ate
ku ken ko (suka
sekali hatiku melihat kamu)
-
Anak BK
belangi bewene (anak BK (red.bimbinga dan konseling) cantik semua)
Tidak banyak memang bahasa yang saya dapatkan
dari teman-teman gayo. Barangakali memperlajari bahasa daerah lain juga sebagai
rasa cinta kita terhadap kemajemukan budaya di nanggroe kita. Boleh jadi suatu saat kita akan terdampar dimana
tempat tersebut belum kita jamah sebelumnya. Mencintai Aceh tida cukup hanya
mencintai daerah asal, tetapi ikut juga menjaga keseragaman budaya dari daerah
lain. Kita satu rakyat Aceh untuk satu kesatuan tanoh indatu. Keberagaman inilah yang akan menguatkan kesatuan iman
dan kesejahteraan. Harapan!
7 komentar:
Kalau selamat ulang tahun bahasa gayonya apa ?
Wah kalu itu, saya harus belajar lagi hehehe
Saya orang Jawa di pulau Jawa, sangat tertarik dengan budaya Aceh+Gayo, apalagi punya kenalan wanita Gayo, hehe. terimakasih untuk postingannya...
Wah, mantap sekali mas Bagus, terima kasih sudah mammpir ya :)
wah vocab nya sangat menunjukkan keseharian mahasiswa ya :D
Arti nates dalam bahasa gayo apa
Hahaha benar Bang
Posting Komentar