“Tinggalkan masa lalumu agar kau memiliki masa depan”.
Itulah petikan akhir dari film ICE
AGE 2. Bahwa kita sangat dianjurkan untuk terus berkarya dalam hidup ini. Baik
itu hal-hal yang kecil maupun dalm konteks yang besar. Kita cenderung di ajak
berpikir ke arah perubahan di zaman sekarang ini. Sudah semesinya ini menjadi
awal dari munculnya arah perbaikan yang lebih baik. Seperti apa yang dikatakan
oleh Perls (1969), “tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau
telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat seakaranglah yang penting”.
Bagi sebagian orang menganggap masa lalu adalah hal yang perlu
diangungkan-angungkan gaungnya sampai sekarang. Boleh tanyakan pada orang itu
seperti ini “itu kapan bung?”. Lantas orang itu pun menjawab begini “itu dulu
sih”. Maka, mana yang lebih baik atau
tidak perlu diingat bahwa kalau pikiran kita hanya terpaku pada
kenangan-kenangan kejayaan masa terdahulu tanpa mau melanjutkan kerja pada masa
sekarang.
Saat
kita memahami kerja pastilah berkaitan erat dengan karier seseorang. Dalam KBBI
dikatakan bawah karier itu merupakan perkembangan dan kemajuan dl kehidupan, pekerjaan, jabatan, atau pekerjaan
yg memberikan harapan untuk maju. Karier kadang kala tidak hanya dibawah,
tapi menanjak ke atas. Tergantung pada orang yang menjalaninya. Namun,
pemahaman karier siswa di sekolah masih menimbulkan ambigusitas yang nyata tiap
siswa baik tiap jenjang pendidikannya. Katakanlah dari dasar sampai menengah
pertama tentu akan dibingungkan oleh kelanjutan studinya di sekolah lanjutannya.
Untuk sekolah menengah atas lebih rumit lagi karena ini sudah membutuhkan
pilihan pendidikan untuk perguruan tinggi yang menjadikannya sebagai spesifik
bagi profesi tertentu. Siswa-siswa SMA bukanlah masa-masa anak-anak lagi.
mereka sedang bertransmigrasi ke perannya sebagai mahasiswa, yang sebagian
orang menganggap bahwa mahasiswa sudah mampu membangun jati diri yang dewasa. Berbagai
persoalan dialami oleh siswa-siswa SMA/sederajat dalam memilih jurusan yang
tepat dan sesuai dengan kriteria keinginannya. Mereka pada kebanyakannya
bingung dalam pengkondisian dirinya. Kegalauan disini lebih parah dari
kegalauan asmaranya. Ada yang bahkan tidak pernah ingin melanjutkan studinya
karena persoalan ekonomi yang bergejolak. Ada juga yang memang langsung ingin
bekerja, dilihat siswa bersangkutan lulusan SMK. Bukan berarti yang lulusan SMK
pun sudah mampu menempatkan dirinya dalam kondisi kerja baik di perusahaan
lokal maupun nasional. Mereka membutuhkan suatu informasi yang baik dan benar
sesuai tuntutan dalam dirinya dan atas kehendak diri sendiri.
Peran pihak sekolah
tentunya sangatlah penting. Sekolah harulah menjadi gerbang awal siswa-siswa
dalam menentukan arah kariernya kedepan. Dalam hal ini terutama peran guru
Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah mendapatkan kepercayaan penuh kalau
ditinjau dari segi keprofesionalan guru BK, katanya. Namun, apa yang terjadi
sekarang, adakah peran guru BK yang benar-benar memahami kondisi karier siswa?
Adakah mereka paham asal muasal hadirnya BK di dunia dan Indonesia khususnya?
Atau karena kita menyalahkan pihak sekolah yang menempatkan guru bidang studi
lain sebagai posisi guru BK? Bolehlah para alumni BK akan marah ketika hal ini
sudah terjadi. Pertanyaanya, yang sudah sarjana BK pun apakah sudah
melaksanakan bimbingan karier sebagai salah satu bidang pelayanannya disekolah?
Mari kita berprasangka baik dengan ajuan salah satu progam pendamping bidang
karier untuk siswa-siswa.
Bimbingan dan konseling
awalnya muncul di Amerika Serikat yang ketika itu banyak pensiunan perang tidak
tau bekerja apa setelah genjatan senjata. Awalnya tidaklah langsung dikenal
dengan nama bimbingan dan konseling, tapi dengan nama bimbingan karier. Pada
tahun 1960-an sampai ke Indonesia dan penyebarannya sampai ke Aceh. Dari awal
lahirnya saja sudah lebih berperan dalam hal bimbingan karier.
Bimbingan karier
dikatakan sebagai kegiatan layanan bantuan kepada siswa dengan tujuan untuk
memperoleh penyesuaian diri, pemahaman tentang dunia kerja, dan akhirnya mampu
menentukan pilihan kerja serta menyusun perencanaan karier (Utoyo, 1989). Siswa
diharapkan memahami dulu dirinya sendiri, mengenal potensi diri serta bakat dan
minatnya. Siswa diberikan informasi untuk mengenal dunia kerja, apa-apa yang
harus dijadikannya patokan dalam penyesuai dengan ruang lingkup kerja, baik
rekan kerja atau atasannya. Barulah kemudian siswa dapat memilih profesi apa
yang cocok baginya dan diteruskan ketika bekerja nanti adanya rancangan
perencananaa karier yang matang. Salah satu cara dalam penentuan perencanan
karier siswa saya rasa melalui dimasukkannya program bimbingan karier, tepatnya
program Career Days dalam Satuan
Pelayanan (SATLAN) BK di sekolah-sekolah. Miller (1982), mengatakan bahwa Career Days sebagai hari-hari tertentu
yang dipilih dan ditetapkan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan karier.
Hari-hari yang telah ditetapkan tersebut haruslah
dimasukkan ke dalam SATLAN agar adanya patokan kerja guru BK. Tujuan dari
program Career Days ini diharapkan
siswa mendapatkan berbagai informasi mengenai kariernya. Informasi yang
diberikan semuanya berkenaan dengan karier siswa. Mulai dari Guru BK dapat
menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga tertentu yang sejalan dengan karier
atau organisasi pelajar yang giat memperjuangkan pendidikan yang ideal bagi
masyarakat Indonesia. Bisa juga guru BK bekerja sama dengan pelakana tes minat
dan bakat yang sudah memiliki kompetensi dan sertifikasi pelaksana tes. Lantas
pelaksanannya saya rasa bisa dilakukan tiap bulannya. Beragam kreativitas siswa
dapat dilakukan pada Career Days agar
tidak monoton pada kariernya saja.
Ini sebagai penambah semangat belajar siswa karena mereka merasa aspirasinya
diterima masyarakta sekolah atau bahkan masyrakat banyak. Bagi siswa SMK,
career days ini sangat layak. Mereka dapat memasarkan hasil dari produk buatan
mereka. Apakah permesinan, komputerisasi, tata boga atau juga tata busana.
Beragam cara lain dapat dilakukan guru BK dalam menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegaiatan ini. Guru BK harus memilik wawasan keilmuan tentang
karier secara luas, tidak hanya berpedoman pada buku cetakan penerbit. Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang mempunyai perwakilannya di aceh
juga harus ikut nimbrung membahas tentang bagaimana mekanisme yang baik dan seragam
yang dapat dilakukan oelh guru-guru BK yang ada di Aceh. ABKIN harus mempunyai
program-program pendamping guru-guru BK di sekolah jangan hanya menjadi
asosiasi pendiam saja. Tanpa punya andil bagi keubutuhan guru-guru BK di
sekolah.
Kita tentunya sama-sama
mengharapkan lahirnya para wirausahaan muda di negeri ini. pewirausaha yang
mempunyai tata kelola karier juga tata karma yang baik. ABKIN, Guru BK, pihak
sekolah dan masyarakat harus sama-sama membuka mata dan memahami kondisi dan
kebutuhan siswa. Tidak buntu pikiran, punya peluang kerja, dan tidak hanya
mentok prioritasnya pada pegawai negeri sipil saja. Harapan kita tidak akan
sirna, selama mau merubahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar