Lapangan Tugu
Kau hanya sendiri
Masih saja raut wajahmu cerah merekah
Sebuah payung kau pegang
Di kala gelitik hujan
Di jalan Lapangan Tugu
Masih saja raut wajahmu cerah merekah
Sebuah payung kau pegang
Di kala gelitik hujan
Di jalan Lapangan Tugu
Kau menyapaku
Entah kabar duka atau suka
Aku masih berdiri
Dengan C-70 teman asmaraku
Di masa pagi sampai malam tiba
Entah kabar duka atau suka
Aku masih berdiri
Dengan C-70 teman asmaraku
Di masa pagi sampai malam tiba
Aku menghampirimu
Kau pun begitu juga adanya
Seucap kata kau ucapkan
Kita bukan dua hati
Yang akan menjadi satu
Kau pun begitu juga adanya
Seucap kata kau ucapkan
Kita bukan dua hati
Yang akan menjadi satu
Aku dalam kebasahan hujan
Wajar kata itu untukku
Ayahmu tak setuju kita bersatu
Aku hanya sarjana pengangguran
Yang harinya makan nasi campur garam
Wajar kata itu untukku
Ayahmu tak setuju kita bersatu
Aku hanya sarjana pengangguran
Yang harinya makan nasi campur garam
Malam pun berlaukkan ikan asin
Ah, sudahlah
Semua ini akan dihapus oleh hujan hari ini
Ah, sudahlah
Semua ini akan dihapus oleh hujan hari ini
Banda Aceh, 9 Oktober 2011
Tiada Ayah
Ayah…
Kau telah tiada
Di kala Aku sangat membutuhkan kasih sayangmu
Kau tinggalkanku saat Aku berumur delapan tahun
Tepat di hari Jumat
Ya… hari Jumat
Kau hembuskan nafas terakhirmu di dunia ini
Kau telah tiada
Di kala Aku sangat membutuhkan kasih sayangmu
Kau tinggalkanku saat Aku berumur delapan tahun
Tepat di hari Jumat
Ya… hari Jumat
Kau hembuskan nafas terakhirmu di dunia ini
Sedih rasanya…
Saat kau telah tiada
Aku tak berada di sisimu
Hanya abang di sampingmu kala itu
Ibu hanya bisa pasrah
Dia tahu itu semua sudah kehendak-Nya
Ibu membisikkan sesuatu ke telinga Ayah
Entah apa yang dikatakannya
Aku tak tahu
Saat kau telah tiada
Aku tak berada di sisimu
Hanya abang di sampingmu kala itu
Ibu hanya bisa pasrah
Dia tahu itu semua sudah kehendak-Nya
Ibu membisikkan sesuatu ke telinga Ayah
Entah apa yang dikatakannya
Aku tak tahu
Aku hanya diam saja
Aku tak tahu apa-apa
Aku masih lugu
Bibirku hanya membisu
Tanpa tersirat sebuah kata
Aku tak tahu apa-apa
Aku masih lugu
Bibirku hanya membisu
Tanpa tersirat sebuah kata
Selamat jalan, Ayah…
Lamgapang, 6 November 2010
Bukan Saya
Mata ini tak selamanya menyala
Aku tak tahu ini apa
Mungkin saja bulan mulai redup
Takut… takut.. takut…
Kenapa aku takut?
Kenapa jalannya tak seperti jalan tol
Aku tak tahu ini apa
Mungkin saja bulan mulai redup
Takut… takut.. takut…
Kenapa aku takut?
Kenapa jalannya tak seperti jalan tol
Dalam ini siapa duga
Ayam pun mati dimakan virus
Kulari tak berarah
Baju kupakai tak modis
Ke kantor pakai youcansee dan celana puntung
Ayam pun mati dimakan virus
Kulari tak berarah
Baju kupakai tak modis
Ke kantor pakai youcansee dan celana puntung
Jalan… jalan yang besar
Berliku-liku di sampingnya
Ini bukan saya
Bukan pula dia
Jadi siapa juga
Sekarang saya sedang apa
Berliku-liku di sampingnya
Ini bukan saya
Bukan pula dia
Jadi siapa juga
Sekarang saya sedang apa
Tunggu saya
Tungguuuuuuuu…
Jangan lari kalian semua
Tungguuuuuuuu…
Jangan lari kalian semua
Bawalah saya wahai angin
Menerpa setiap orang
Menghujam dengan kekuatanmu
Kan kuraih itu semua
Tunggu… ini bukan saya
Menerpa setiap orang
Menghujam dengan kekuatanmu
Kan kuraih itu semua
Tunggu… ini bukan saya
Lamgapang, 24 Desember 2010
RKU IV
Di RKU IV pertemuan kita
Mencari harta ilmu
Guna menjadi bekal
Di kemudian nanti
Mencari harta ilmu
Guna menjadi bekal
Di kemudian nanti
Di bawah pohon ubi karet
Aku facebookan
Internet gratis
Dari sang rektor
Universitas Sekitar Kita
Aku facebookan
Internet gratis
Dari sang rektor
Universitas Sekitar Kita
Lalu lalang tukang parkir
Mengambil recehan
Uang kertas dan logam
Dari mahasiswa
Mengambil recehan
Uang kertas dan logam
Dari mahasiswa
Apakah itu pungli?
Duduk termenung
Dan tertegun
Menunggu orang hendak perlu
Bagi dosen dan sahabatku
Dan tertegun
Menunggu orang hendak perlu
Bagi dosen dan sahabatku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar