Dari
kampung saya memulai suatu keaadan yang tak pernah saya inginkan. Hari itu saya
masih bimbang antara ya dan tidak. Keputusan mutlak harus saya perkuatkan,
walau memang hati berkata lain. Mencoba untuk lebih merasuk lagi, namun tetap
saja saya melawan. Inilah hal yang tidak ada dalam pikiran saya saat itu. Semua
berada dalam jenjang pendidikan akademik. Hanya saya saja yang kali ini tidak
ingin kuliah sama seperti tujuh keluarga kandung saya. Hari-hari hanya dipenuhi
kebimbangan, yang pada akhirnya saya putuskan untuk kuliah juga, mencoba.
Saya berangkat ke Banda Aceh
untuk melanjutkan studi saya ke jenjang selanjutnya. Saya menupangi mobil L-300
dengan sopirnya orang kampung saya . Do’a dari ibu semoga saya lancar dalam
mengikuti ujian SNMPTN kali ini. Mobil melaju meninggalkan kampung halaman
saya. Perlahan-perlahan dalam bayangan sirna sudah semuanya. Perjalanan saya
kali ini memang melelahkan ditambah dengan masih sedikit bimbang untuk
benar-benar kuliah. Yang anehnya kali ini saya tidak muntah, bukan seperti
sebelumnya. Paginya saya sudah minum antimo untuk jaga-jaga plus pakai koyok
pula di pusar. Mungkin ibu saya sempatnya berdo’a agar saya tak muntah hari
itu.
Sesampai saya tiba di Kuta Raja, di sini
saya mengikuti tes di IAIN AR-RANIRY. Seingat saya waktu itu saya pilih tiga
paket jurusan, yang pertama adalah Tarbiyah Pendidikan Agama (TPA), kedua kalau
tidak salah saya pilih Adap Perpustakaan, dan yang ketiganya Ushuluddin Aqidah
Filsafat (UAF). Saya mengikuti ujiannya di MIN tungkop Darussalam. Entah
apa-apa pertanyaannya. Waktu masih berlalu tanpa seketika pengumuman telah ada.
Saya lulusnya di UAF. Ya ini jurusan yang ketiga yang saya pilih. Tanpa rasa
beban saya tidak jadi mendaftar di UAF.
Selang beberapa hari saya juga mengikuti
tes di UNSYIAH yang katanya “jantoeng hate rakyat Aceh” itu. Saya pilih paket
IPC. Pertama saya pilih FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, kedua PSIK
(Keperawatan) ini pilihan yang saya ecek-ecek saja saya pilihnya, dan terakhir
saya pilih FKIP Bimbingan dan Konseling. Hari ujian saya lalui dengan penat dan
sempat juga ketemu kawan lama di SMA saya (SMA N 2 Peusangan), lumayan
menghilangkan kejenuhan saya. Ujian selesai dalam dua hari. Hari selanjutnya
saya pulang kampung lagi alias pulkam.
Sebulan lamanya menanti hasil tes. Tepat
pagi itu saya membeli koran Serambi Indonesia. Saya coba bolak-balik koran itu.
Awalnya ada nama saya yaitu MUARIF, tapi gak da RAHMAT nya. Hampir saja. Nama
saya baru kali ini masuk koran tepat di paling hampir bawah tercantum nama saya
MUARRIEF RAHMAT, di sampingnya ada nomor pilihan jurusanyang saya pilih. Saya
cek di kartu ujian, ternyata saya lulus di FKIP Bimbingan dan Konseling (BK)
Unsyiah. Rasanya gak beda, saya gak nangis juga tidak terlalu senang Cuma gak
percaya saja saya lewat. Dari ruang saya waktu mengikuti ujian tes itu hanya
ada tujuh orang yang lulus, salah satunya saya. Keluarga saya semua senang,
bahkan kakak saya sampai menagis. Ibu pun ikut gembira. Minggu berselang dan
saya harus balik lagi ke Banda.
Universitas Syiah Kuala, inikah dia.
Tepat tanggal 23 agustus 2010. Lebih tepat bulan Ramadhan pertama saya di Banda
Aceh. Lulus di BK tak banyak kawan yang saya kenal, yang ada hanya satu kawan
saya dulu semasa TK dan SD. Saya masuk di kelas Reguler B, yang cowoknya ada 6
orang, ceweknya ada 22 orang. Masa-masa semester satu banyak saya habiskan
utnuk berkenalan dengan sahabat-sahabat baru. Salah satunya adalah Iqbal
Nugraha, dia dari Medan sekaligus sebagai Komting di kelas B. Di kampus saya
hanya biasa-biasa saja, hampir kampungan sedikitlah. Kawan saya yang satu lagi
bernama Arisman Juntak upss Arisman Juanda, dia berasal dari Blang Pidie. Ciri khasnya
adalah dia memanggil nama saya dengan sebutan ‘Yong’ (red.kawan). Saban
hari itu yang dia panggil, sampai-sampai saya ikutan juga kena virus budaya
dia. Kawan saya yang laki-laki lagi ada bang Khalilurrahman, dia satu wilayah
dengan saya tepatnya di jeunib. Ditambah ada Riski Efendi, dia berasal dari
Mellbrone (Meulaboh), pembawaannya santai, saya suka itu. Terakhir ini si Muhammad Ikbal dari
Grong-grong gampong Reube Pidie. Waktu pertama kali melihatnya saya bergumam,
mungkin gak ni dia jadi sahabat gak memungkinkan sekali dengan raut wajahnya
yang putih, masih belum nafsu saya. Yang ceweknya yang pertama akrab ada
Suryani dari Paya Kareueng Bireuen, Nurafnita dari Gampong Serbajaman Aceh
Utara dan Melly Amaliya (Sekretaris Kelas), Misriyani dari Bener Meriah dan
Hajjah Salmi (sssstt… belum naik haji kok, do’akan ya J).
Jumpa saya dengan Aceh Besar Siti Jariah, dan Banda Aceh bertemu Nurhayati.
Diselangi Pidie Jaya ketemu Cut Nahda Aura. Ada pula dari Takengon Wattini,
Hakiki Setie Rahiem (Setiaku St 12 he he he), Putri Tri Agustini, Afrina
Sarwan, dari Kota Langsa juga ada Cut Fahrayeni, Rizna Azri Melda (Ustazah
Rizna hi hi hi), Intan Juwita, Aceh Timur pun tak ketinggalan ada Devi Surasti,
Aceh Tamiang ada sahabat Wan Chalidaziah dan kak Siska Marantika. Pantnoai
barat selatan tak kalah heboh ada juga dari Lamno Daya gampong Bang Sabirin
itulah Riska Amelisa Cayyoo, Mellbrone wanita jumpa pula Sasa Maulida Aceh
Barat, sampai saya pada Negara Nigeria (Nagan Raya) ada sahabat Sri Dwi
Budiyarti (Bendahara), hampir lupa kawan lama saya Yuni Aklima dari Bireuen
Jeumpa. Semua ini terangkum sebagai sahabat saya di Kuta Raja.
Nopember 2010 setelah lebaran haji kepemimpinan
komting beralih ke tangan saya. Hanya karena sesuatu dan lain hal saya terpilih
dengan perolehan 17 suara menggantikan sahabat Iqbal Nugraha, komting lama. Tak
sangka juga saya. Semasa SD, SMP, SMA hanya menjabat sebagai wakil ketua kelas.
Sekarang jadi komting deh. Awal-awal saya jadi komting agak kaku, bahkan untuk
telepon dosen saja saya gemetar tak tahu mau ngomong apa. Saya gagap kawan.
Minggu-minggu pertama jadi komting saya dilibatkan harus memeriksa kenapa KRS
bang Khalilurrahman tidak masuk mata kuliah jurusan yang ada cuman MKU saja.
Juga punya Melly Amaliya dan Devi Surasti kasusnya hampir sama. Hari-hari yang
membingungkan bagi saya. Ikbal wakomting di kelas saya. Kami berdua bolak-balik
dari Prodi ke Pengajaran FKIP untuk urus masalah ini. Minggu itu kami hanya
disibukkan dengan masalah itu saja. Sampai Senin dari Minggu berikutnya baru
selesai sudah masalahnya, Alhamdulillah. Perasaan lega datang menghampiri. Ini
memang sudah perihal wewenag komting.
Ujian Final semester satu berakhir
sudah. Kawan-kawan sudah pada pulang kampung. Tinggal beberapa orang saja yang
masih setia untuk sementara di kota para Raja ini. Nilai untuk semester satu
lumayan membanggakan walau masih ada yang harus diperbaiki. Nilai-nilai punya
kawan-kawan semua saya lihat hari itu. Sampai-sampai saya pergi ke rumah Pak
Syahbuddin dosen Ilmu Pendidikan kami. Pra Semester dua kami disibukkan dengan
pengisian KRS. Sahabat-sahabat lain masih berada di kampung. Minggu pertama
pengisisna KRS, saya dan Ikbal mengisinya di Perpustakaan Kampus. Senin dan
Selasa itu kami gagal mengisi KRS, karena ada gangguan teknis. Rabu baru bisa,
inisiatif Ikbal menyuruh mengisi yang MKU dulu takutnya sudah gak ada waktu
yang pas dan cocok dengan mata kuliah jurusan, juga kuotanya masih sedikit.
Seminggu juga kami bolak-balik rumah dan perpustakaan. Anehnya walau kami datang
terlambat, tapi kalau sudah kami online pake laptop saya lansung bisa, padahal
yang duluan datang dan duduk di tempat yang sama gak bisa isi KRS juga.
Semester dua sudah berjalan beberapa
minggu, kami mulai bertemu kembali. Bercengkrama dengan membicarakan haba gampong (cerita waktu di kampung).
Cerita di semester dua tak banyak yang bisa saya ceritakan, karena masih belum
menarik. Saja waktu kami berlibur setelah Final semester dua. Kami pergi ke
pantai Lampuuk, Aceh Besar. Minggu kami ke sana. Kami rame-rame pergi
berboncengan motor. Di lampuuk memang pantainya Subhanallah (Setiap melihat
keindahan kita disuruh mengucapkan Subhanallah sebagai rasa syukur kita kepada
Allah SWT). Pasirnya yang putih dan bersih, namun gelombang rasanya marah pada
kami. Begitu besar. Di sana kami jumpa dengan turiswati mancanegara, dia bule.
Sampai-sampai sahabat Arisman Janda, eh,,, salah Juanda memberanikan diri
mengajak berfoto.
“Miss Photo Together!” ucap Risman. Bule
itupun tanpa segan difoto bersama kami, narsis benar hasil jepretannya. “Together” kata inilah yang menjadi
inisiatif kawan menamai grup facebook kami dengan ‘BKS B Together’ keren kan…!
Semester ketiga KRS tidak kami (saya dan
Ikbal) isi lagi. Lumayan capek semester yang lalu, terlebih pun sudah dari awal
kami beritahukan untuk masalah KRS kali ini pengisiannya dilakukan masing-masing
sahabat-sahabat. Mereka pun setuju. Menambah rasa kemahasiswaan, itulah rasa
yang ingin saya coba berikan kepada sahabat-sahabat saya, walau saya
sendirimasih belum kemahasisiwaan sejati.
Akan
ada begitu banyak cerita-cerita lanjutannya. Tentunya harus kita jalani dulu
hidup ini. merasa bersama keindahan setiap jiwa yang ada dan unik. Raihkan
prestasimu, walau bukan ini tujuanmu, berbeda arah. Akhir ini saya bercerita
bahwa saya tidak suka kuliah, bukan di BK, tapi di semua Universitas di manapun
itu. Cita-cita saya adalah menjadi seorang ……. tiiiiiittt, masih belum bisa saya
ceritakan yang satu ini, walau sudah ada diantara kawan-kawan yang tahu. Hidup
adalah pilihan, maka saya harus menjalaninya, meski kadang teringat juga akan
cita-cita saya. Saya ibarat seorang pria yang kehilangan kekasihnya. Saya akan
berusaha untuk hidup seperti sekarang ini, mungkin inilah jalan yang diberikan
Allah kepada saya. Sahabat tidak ada orang yang mampu merubah hidupmu kalau
bukan dari kamu sendiri. Sahabat jadilah dirimu sendiri, karena kau adalah
unik. Asal tak melenceneng dari agama. Cerita ini bermaskud mengingatkan saja
saya beberapa hal yang bersangkut paut dengan satu tahun ke belakang ini. bukan
maksud apa-apa. Dalam kegundahaan hati ku tulis catatan ini. bukan kegundahan
karena sahabat-sahabatku. Akhir kata saya ucapkan terima kasih buat
sahabat-sahabat yang telah menyempatkan membaca catatan ini.
Salam
sahabat Together…
Duson Alue, Lamgapang, 19 Nopember 2011
2 komentar:
Keren bg :D
^.^b
makasih mai udah mampir :)
yok tetap nulis
Posting Komentar